Main Article Content
Abstract
Penelitian ini dilatar belakangi karena adanya pandemi covid-19 yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pada model pembelajaran, yaitu
pembelajaran dengan model kombinasi di dalamnya atau disebut blended
learning. Salah satu sekolah yang menerapkan model pembelajaran ini adalah SD
Negeri Pasuruhan 2 Magelang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
implementasi, kendala, dan pendukung model pembelajaran blended learning
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya untuk kelas 5. Informan
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, penannggung jawab kurikulum, guru
PAI, wali murid, dan peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif jenis studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Analisis data yang digunakan adalah
model Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi, display data (sajian
data), analisis data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa (1) implementasi model pembelajaran blended learning mata pelajaran
PAI dilaksanakan dengan tiga tahapan yaitu perencanaan dengan menyiapkan
perangkat pembelajaran seperti program tahunan (prota), program semester
(promes), silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hingga Lembar
Kerja Siswa (LKS). Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan yang dilakukan
secara daring dan luring, dan evaluasi atau penilaian berupa penilaian sikap,
pengetahuan, maupun keterampilan. (2) faktor pendukung dan penghambat
implementasi model pembelajaran blended learning mata pelajaran PAI di SD
Negeri Pasuruhan 2 Magelang yaitu adanya sarana dan prasarana yang
mendukung terlaksananya proses pembelajaran blended learning. Selain itu,
terdapat kerjasama antara kepala sekolah, penanggung jawab kurikulum, dan guru
PAI demi tercapainya tujuan pembelajaran di tengah situasi pandemi covid-19
saat ini. Selanjutnya untuk faktor penghambatnya adalah sinyal internet yang
buruk, peserta didik lebih sulit dalam memahami materi, wali murid yang tidak
bisa mendampingi anaknya belajar di rumah setiap saat, keterbatasan waktu dalam
pembelajaran, peserta didik kurang dalam menerapkan protokol kesehatan di
sekolah, dan seringnya keterlambatan pengumpulan tugas oleh peserta didik.